Menjadi Antropolog yang Paham Pasar

 Sejak mengenal Antropologi, saya jadi sadar bahwa manusia itu jauh lebih rumit dari yang terlihat. Cara orang membeli sesuatu, memilih merek tertentu, atau bahkan menghindari produk tertentu ternyata dipengaruhi banyak hal, budaya, pengalaman, nilai hidup, sampai lingkungan sosial. Dari situlah muncul cita-cita saya, saya ingin menjadi seorang market researcher yang memakai kacamata antropologi. Menurut saya, memadukan ilmu tentang manusia dengan dunia pasar itu seru banget, karena keduanya sama-sama bicara tentang bagaimana orang hidup dan membuat pilihan. 

Buat saya, Antropologi bukan cuma soal pergi ke lapangan atau mempelajari budaya masyarakat tradisional. Antropologi juga bisa dipakai untuk memahami perilaku konsumen di kota, cara orang berinteraksi di media sosial, atau alasan kenapa suatu tren belanja tiba-tiba viral. Justru di era sekarang, pendekatan Antropologi penting banget untuk membaca pola yang kadang nggak kelihatan kalau cuma dilihat dari angka. Disinilah saya merasa ilmu Antropologi bisa jadi senjata utama seorang market researcher. 

Cita-cita saya jadi market researcher muncul karena saya suka mengamati orang. Dari dulu saya sering bertanya, "Kenapa sih orang lebih suka beli ini daripada itu?" atau "Kenapa tren yang satu cepat mati, tapi tren lain bisa bertahan lama?" Pertanyaan-pertanyaan kecil seperti itu semakin relevan ketika saya belajar teori budaya, etnografi, dan cara manusia membangun makna. Saya merasa, memahami manusia dari dalam, dari cara mereka berpikir dan merasakan, itu jauh lebih kuat daripada sekadar melihat data penjualan. 

Dalam bayangan saya, menjadi market researcher berbasis Antropologi berarti saya bisa turun langsung ke lapangan, ngobrol dengan konsumen, dan merasakan pengalaman mereka. Saya bisa melihat bagaimana produk dipakai dalam kehidupan sehari-hari, apa yang bikin ragu, dan bagaimana identitas mereka terhubung dengan pilihan belanja. Saya ingin menjadi yang membantu perusahaan memahami konsumennya tanpa mengabaikan sisi manusiawi mereka. 

Pada akhirnya, cita-cita saya sebagai antropolog dan market researcher bukan hanya soal profesi, tapi soal keinginan untuk membuat keputusan pemasaran jadi lebih manusiawi. Saya ingin riset saya bisa membantu menciptakan produk yang benar-benar dibutuhkan orang, bukan sekadar mengikuti tren yang cepat hilang. Dengan cara itu, saya berharap bisa membuktikan kalau Antropologi bukan ilmu yang kuno atau jauh dari kehidupan modern, justru ilmu ini punya tempat penting di tengah dunia bisnis yang terus berubah. 

                                            Source: https://www.marketingdonut.co.uk/market-research/how-can-market-research-help-me

Comments

Popular Posts